Rabu, 02 Maret 2016

JIKA ASWAJA AMALKAN BID’AH HASANAH >BUKAN BERARTI OTOMATIS TINGGALKAN SUNNAH



sering sekte wahaby menyerang dengan ucapan :
-ngapain lakuin Bid’ah, kalo gak mau amalkan Sunnah
-ngapain Baca Yasin, padahal Al-Qur’an ada surat surat yang lain
-ngapain Tahlilan , kalo Isya gak di lakukan
-ngapain Tabarruk ke kuburan wali, kalau gak mau tabarruk di masjid
-ngapain Maulidan stahun sekali,,padahal bersyukur harus setiap sa’at
-ngapain baca Barzanji yang gak ada pahala, kalo gak mau baca Al-qur’an

Daaan masih banyak lainya,,,padahal jika kami lakukan Bid’ah hasanah kami gak serta merta tinggalkan Sunnah. Biarlah Ibadah sunnah kami hanya Allah yg tau,, gak ada kewajiban bagi kami untuk memberikan Report kepada anda...

Al Imam Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Murri bin Hasan bin Hussain bin Jumu’ah bin Hizam Al Hizamy An Nawawi Asy Syafi’i dalam Syarah Muslim mengatakan: ”Bukan berarti jika sesuatu itu rahmat maka kebalikannya adalah adzab, dan tidak ada yang mengatakan seperti itu kecuali orang yang bodoh atau pura-pura bodoh. Allah berfirman dalam Q.S. al-Qashash: 73 (artinya): ”Karena rahmat-Nya, dijadikan malam dan siang supaya kalian beristirahat pada malam itu….” Allah menjadikan malam sebagai rahmat dan bukan berarti kebalikannya, yaitu siang sebagai adzab (Allah juga menjadikan siang sebagai rahmat, bukan berarti kebalikannya, yaitu malam adalah adzab) meski siang dan malam adalah waktu yang saling berlawanan. Perkataan an-Nawawi ini sekaligus membantah pernyataan Ibnu Hazm dalam al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam yang menyalahkan arti dari hadits di atas. Ibnu Hazm mengatakan: ”Jika perbedaan adalah rahmat, maka persatuan adalah adzab.