Rabu, 06 Agustus 2014

WAHHABI MENGHILANGKAN NAMA NABI


Kalau Tuhan nya beda sudah pasti Nabinya pun beda.
WAHHABI MENGHILANGKAN NAMA NABI
MUHAMMAD SAW DI MASJID AL-HARAM DAN MASJID
AN-NABAWI
Ajaran Wahhabi dianuti oleh sebahagian besar rakyat
Saudi, termasuk keluarga kerajaan sendiri. Puak Wahhabi
terkenal dengan pendapat mereka bahawa Nabi
Muhammad adalah manusia biasa. Oleh kerana anggapan
mereka ini, maka tidak perlu untuk memberi
penghormatan berlebihan kepada Rasulullah.
Mereka juga menganggap peringatan Maulid Nabi sebagai
bida'ah dan sesat. Tetapi yang peliknya, kaum Wahabi
amat girang merayakan ulang tahun para pemimpin
mereka. Dan ini bukan pula perbuatan bid'ah?
Bagi kita umat Islam, Kaabah adalah kiblat kami. Sebagai
tempat yang paling suci, di sana umat Islam akan
merasakan ketenangan dan kedekatan yang amat sangat
kepada Maha Penciptanya.
Sebagaimana tempat-tempat suci yang lain seperti
makam Rasulullah saw dan pemakaman Baqi' yang telah
dihancurkan, Kaabah juga telah menjadi sasaran
kejahatan mereka. Mereka lakukan semua ini atas nama
tauhid. Kaabah kini digunakan sebagai papan
pengumuman kerajaan (Advertisement Board).
Sila baca kajian ini bagaimana pemerintah Arab Saudi
telah melakukan perkara-perkara pelik ke atas kedua-dua
Masjid, iaitu Masjid Al-Haram dan Masjid An-Nabawi.
KAJIAN PERTAMA:
PINTU KAABAH : WAHHABI MENGGANTIKAN NAMA NABI
DENGAN NAMA RAJA SAUD, DENGAN ALASAN NAMA
NABI MEMBAWA KEPADA KESYIRIKAN
Lihat pada GAMBAR 1:
Kini, tiada sesiapa pun yang akan dapat menemukan
nama “Muhammad” di Kaabah. Mengapakah begini?
Menurut puak Wahhabi, jika nama Nabi Muhammad saw
diadakan di Kaabah, ia akan membahayakan tauhid,
membuat iman tergoncang dan akan menjadikan
seseorang itu musyrik.
Tetapi yang peliknya, nama lengkap Raja Saudi dari
keluarga Al-Saud dengan bangganya ditayangkan di pintu
Kaabah. Tidak pula perbuatan meletakkan nama Raja
Saudi di pintu Kaabah membawa kepada kesyirikan dan
tidak pula ia digolongkan sebagai perbuatan bid'ah.
Dari perkataan bahasa Arab yang tertera di Pintu Kaabah
tersebut, terjemahannya adalah seperti berikut :
“Tirai ini dibuat di Makkah Al-Mukarramah dan hadiah
untuk Kaabah Al-Musyarafah. Khadim al-Haramain Asy-
Syarifain Abdullah bin Abdulaziz Al-Saud, semoga Allah
menerima darinya.”
RUMUSAN KAJIAN :
Nama Nabi Muhammad saw tidak boleh diletakkan di
pintu Kaabah atas alasan akan membawa kepada
kesyirikan, akan membahayakan tauhid, akan membuat
iman tergoncang dan akan menjadikan seseorang itu
musyrik. Tetapi nama Raja Saud di bolehkan pula.
Tidakkah perbuatan itu sama halnya? Pelik tapi benar!
KAJIAN KEDUA:
WAHHABI MENGGUNAKAN KISWAH KAABAH SEBAGAI
ADVERTISEMENT BOARD
Lihat pada GAMBAR 2:
Seseorang yang sekilas melihat Kaabah akan berfikir
bahawa bahagian yang dilingkari merah (lihat gambar)
hanyalah kaligrafi ayat Al-Quran biasa. Tetapi adakah
ianya hanya kaligrafi ayat Al-Quran? Sila lihat sekali
lagi...
Dari perkataan bahasa Arab yang tertera di Kiswah
tersebut, terjemahannya adalah seperti berikut :
“Kiswah ini dibuat di Makkah Al-Mukarramah dan hadiah
untuk Kaabah Al-Musyarafah. Khadim Al-Haramain Asy-
Syarifain Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud, semoga Allah
menerima darinya. Tahun 1426.”
RUMUSAN KAJIAN :
Wahhabi menggunakan Kiswah Kaabah sebagai
Advertisement Board untuk mengumumkan nama Raja
Saudi. Tidakkah perbuatan itu sebagai perbuatan Syirik
sepertimana dakwaan mereka ke atas nama Nabi
Muhammad saw apabila nama baginda diletakkan di
kiswah Kaabah?
KAJIAN KETIGA:
PAGAR EMAS RAUDHAH SYARIF MASJID NABAWI :
WAHHABI MENUKAR NAMA "YA MUHAMMAD" KEPADA
"YA MAJID"
Lihat pada GAMBAR 3:
Ketika pemerintahan ke-khalifahan Uthmaniah (Ottoman),
Turki membangunkan kembali Masjid Nabawi dan
menuliskan kalimah "Ya Allah, Ya Muhammad” di pagar
emas Raudhah Syarif.
Tetapi menurut fahaman Wahhabi, dengan menyebut
sebutan “Ya Muhammad”, seseorang akan terjerumus
kepada kesyirikkan, meskipun seluruh ummat Islam tahu
bahawa Nabi Muhammad saw adalah utusan-Allah dan
bukan Tuhan.
Apa lagi yang Wahhabi lakukan sekarang?
Wahhabi kemudian mengubah nama Muhammad ( ﻣﺤﻤﺪ )
dengan cara :
- menambahkan “titik” di bawah huruf “ha” ( ﺡ ) menjadi
huruf “jim” (ﺝ );
- menghapuskan huruf “mim” (ﻡ ) yang kedua dan
menambahkan “dua titik” sehingga terlihat seperti huruf
“ya” ( ﻱ ).
- selepas perubahan berikut, nama "Ya Muhammad" ( ﻳﺎ
ﻣﺤﻤﺪ ) bertukar menjadi "Ya Majid" ( ﻳﺎ ﻣﺠﻴﺪ )
RUMUSAN KAJIAN :
Mengapakah Wahhabi amat fobia sekali dengan nama
Rasulullah? Sehingga semua nama Rasulullah baik di
Kiswah Kaabah, Pintu Kaabah, dan di Masjid Nabawi tidak
lepas daripada perbuatan pelik mereka?
KAJIAN KEEMPAT:
MENGAPAKAH WAHHABI LEBIH UTAMAKAN MUHAMMAD
BIN ABD WAHHAB DARIPADA RASULULLAH? SIAPAKAH
NABI YANG DIIKTIRAF PUAK WAHHABI?
Lihat pada GAMBAR 4:
Tersangatlah aneh sekali apabila terbaca informasi yang
tertera di lelaman web Kedutaan Besar Arab Saudi. Di
Artikel "Saudi Arabia: Islam's Heartland", yang disebut
hanyalah nama Muhammad bin Abdul Wahhab dari Najd,
bukan nama Nabi Muhammad SAW.
Soalan kami : Siapa yang mengembangkan Islam di
Jazirah Arab? Nabi Muhammad SAW atau Muhammad bin
Abdul Wahhab?
Lihat lelaman web tersebut :
http://www.saudiembassy.net/about/country-information/Islam/saudi_arabia_Islam_heartland.aspx
Bahaya yang akan timbul di daerah Najd telah pun
dikhabarkan melalui hadith Rasulullah saw, yang
menceritakan keberkatan tanah Yaman dan Syam
sepertimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a :
ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻗﺎﻝ : ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ” ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺑﺎﺭﻙ ﻟﻨﺎ
ﻓﻲ ﺷﺎﻣﻨﺎ، ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺑﺎﺭﻙ ﻟﻨﺎ ﻓﻲ ﻳﻤﻨﻨﺎ ” . ﻗﺎﻝ ﻭﻓﻲ ﻧﺠﺪﻧﺎ ؟ ﻗﺎﻝ : ”
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺑﺎﺭﻙ ﻟﻨﺎ ﻓﻲ ﺷﺄﻣﻨﺎ، ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺑﺎﺭﻙ ﻟﻨﺎ ﻓﻲ ﻳﻤﻨﻨﺎ، ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻭﻓﻲ
ﻧﺠﺪﻧﺎ ؟ ﻓﺄﻇﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ : ” ﻫﻨﺎﻙ ﺍﻟﺰﻻﺯﻝ ﻭﺍﻟﻔﺘﻦ ﻭﺑﻬﺎ ﻳﻄﻠﻊ
ﻗﺮﻥ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ” ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻔﺘﻦ ﺑﺎﺏ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ”: ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻤﺸﺮﻕ “ ﺭﻗﻢ 7094
Artinya:
Dari Ibnu Umar r.a berkata : Rasulullah s.a.w
menyebutkan :
"Ya Allah berilah keberkatan kepada negeri Syam kami,
berilah keberkatan kepada negeri Yaman kami". Berkata
mereka : "Pada Najd kami Ya Rasulullah". Berkata
Rasulullah : "Ya Allah berilah keberkatan kepada negeri
Syam kami, berilah keberkatan kepada negeri Yaman
kami". Berkata mereka lagi: "Pada Najd kami Ya
Rasulullah". Berkata Rasulullah : "Disana (Najd) terdapat
kegoyangan (aqidah) dan fitnah, dan disanalah terbitnya
TANDUK SYAITAN."
(H.R . Bukhari , kitab al-Fitan, bab Qulun Nabi s.a.w. al-
Fitnah Min Qibla al-Masyriq, no : 7094 ).
Nukilan daripda halaman web yang disebutkan :
Saudi Arabia: Islam's Heartland
Islam has profoundly affected the history and development
of the Arabian Peninsula and the Kingdom of Saudi Arabia
in particular.
In the 18th century, a religious scholar of the central Najd,
Muhammad bin Abdul Wahhab, joined forces with
Muhammad bin Saud, the ruler of the town of Diriyah, to
bring the Najd and the rest of Arabia back to the original
and undefiled form of Islam.
The Kingdom of Saudi Arabia is the heartland of Islam, the
birthplace of its history, the site of the two holy mosques
and the focus of Islamic devotion and prayer...
RUMUSAN:
Mengapakah nama Nabi Muhammad saw langsung tidak
disebutkan di lelaman itu? Malahan, yang disebutkan
adalah nama Muhammad Bin Abdul Wahhab. Dari isu ini,
timbul pertanyaan :
SIAPAKAH SEBENARNYA NABI BAGI WAHHABI?
Renung-renungkan dan fikir-fikirkan lah.
Wallahu a'lam bissawab
Wassalam























Batal Suka

Senin, 07 Juli 2014

PENGINGAT MATI ALA SUNAN KALIJAGA/SUNAN GIRI



“Turi-turi Putih”, sebuah tembang Jawa yang sangat tidak asing di telinga kita. Tapi siapa sangka ternyata penggubahnya adalah seorang wali Allah? Tentu tidak sekedar sebuah tembang, tapi ada sebuah pelajaran hikmah yang bisa kita petik. Berikut adalah lirik tembang sekaligus arti tersirat secara singkat yang terkandung di dalamnya:

_______________________


Turi-turi putih, ditandur neng kebon agung.

Turi-turi putih, ditandur neng kebon agung.

Cumleret tiba nyemplung, gumlundhung kembange apa.

Mbok kira, mbok kira, mbok kira kembange apa?

_______________________


Turi = tak aturi; saya kasih tahu.

Putih = simbolisme kain kafan; kain mori berwarna putih.

Ditandur = ditanam.

Ning kebon agung = di kebun agung; kuburan.

• Turi-turi putih, ditandur neng kebon agung berarti; “Saya kasih tahu, bahwa kelak manusia itu pasti akan mati, dikuburkan di kuburan.”


Cumleret = secepat kilat.

Tiba nyemplung = jatuh tenggelam.

Gumlundung = menggelinding.

Kembange apa = bunga apa.

• Cumleret tiba nyemplung, gumlundhung kembange apa berarti; “Sebuah gambaran dari orang mati yang sedang dimasukkan dalam kuburan waktunya cepat seperti kilat yang jatuh. Dan seusai mayit dikubur akan menghadapi pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir terkait dengan amal perbuatannya.


Mbok kira = dikira.

Kembange apa? = bunga apa?

• Mbok kira, mbok kira, mbok kira kembange apa? berarti; “Simbol manusia yang sudah mati pasti akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir.


Download atau lihat videonya di sini: http://youtu.be/AFgb_VPZIGI(Sya’roni As-Samfuriy).


http://www.muslimedianews.com/2014/07/pengingat-mati-ala-sunan-kalijagasunan.html

http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2014/07/turi-turi-putih-pengingat-mati-ala.html












Batal Suka

Rabu, 25 Juni 2014

MENGUAK RAHASIA MUHAMMADIYAH SELALU NAMPAK BEDA DENGAN NAHDLATUL ULAMA (NU)



KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari itu sekawan, sama-sama menunut ilmu agama di Arab Saudi. Sama-sama ahli hadits dan sama-sama ahli fikih. Saat hendak pulang ke tanah air, keduanya membuat kesepakatan menyebarkan Islam menurut skil dan lingkungan masing-masing. Kiai Ahmad bergerak di bidang dakwah dan pendidikan perkotaan, karena berasal dari Kuto Ngayogyokarto. Sementara Kiai Hasyim memilih pendidikan pesantren karena wong ndeso, Jombang. Keduanya adalah orang hebat, ikhlas dan mulia.


Keduanya memperjuangkan kemerdekaan negeri ini dengan cara melandasi anak bangsa dengan pendidikan dan agama. Kiai Ahmad mendirikan organisasi Muhammadiyah dan Kiai Hasyim mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Saat beliau berdua masih hidup, tata ibadah yang diamalkan di masyarakat umumnya sama meski ada perbedaan yang sama sekali tidak mengganggu. Contoh kesamaan praktek ibadah kala itu antara lain:


1. Shalat Tarawih sama-sama 20 rakaat. Kiai Ahmad Dahlan sendiri disebut-sebut sebagai imam shalat Tarawih 20 rakaat di Masjid Syuhada Yogya.

2. Talqin mayit di kuburan, bahkan ziarah kubur dan kirim doa dalam Yasinan dan tahlilan.

3. Baca doa Qunut Shubuh.

4. Sama-sama gemar membaca shalawat (Diba’an).

5. Dua kali khutbah dalam shalat Ied, Iedul Fithri dan Iedul Adha.

6. Tiga kali takbir, “Allah Akbar”, dalam takbiran.

7. Kalimat iqamah (qad qamat ash-shalat) diulang dua kali.

8. Dan yang paling monumental adalah itsbat hilal, sama-sama pakai rukyah. Yang terakhir inilah yang menarik direnungkan, bukan dihakimi mana yang benar dan mana yang salah.


Semua amaliah tersebut di atas berjalan puluhan tahun dengan damai dan nikmat. Semuanya tertulis dalam kitab Fiqih Muhammadiyah yang terdiri dari 3 jilid, yang diterbitkan oleh: Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka Jogjakarta, tahun 1343-an H. Namun ketika Muhammadiyah membentuk Majlis Tarjih, di sinilah mulai ada penataan praktek ibadah yang rupanya “harus beda” dengan apa yang sudah mapan dan digariskan oleh pendahulunya. Otomatis berbeda pula dengan pola ibadahnya kaum Nahdhiyyin. Perkara dalail (dalil-dalil), nanti difikir bareng dan dicari-carikan.


Disinyalir, tampil beda itu lebih dipengaruhi politik ketimbang karena keshahihan hujjah atau afdhaliah ibadah. Untuk ini, ada sebuah tesis yang meneliti hadits-hadits yang dijadikan rujukan Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam menetapkan hukum atau pola ibadah yang dipilih.


Setelah uji takhrij berstandar mutawassith, kesimpulannya adalah: bahwa mayoritas hadits-hadits yang dipakai hujjah Majlis Tarjih adalah dha’if. Itu belum dinaikkan pakai uji takhrij berstandar mutasyaddid versi Ibn Ma’in. Hal mana, menurut mayoritas al-Muhadditsin, hadis dha’if tidak boleh dijadikan hujjah hukum, tapi ditoleransi sebagai dasar amaliah berfadhilah atau fadhail al-a’mal. Tahun 1995an, Penulis masih sempat membaca tesis itu di perpustakaan Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Soal dalil yang dicari-carikan kemudian tentu berefek pada perubahan praktek ibadah di masyarakat, kalau tidak disebut sebagai membingungkan. Contoh, ketika Majlis Tarjih memutuskan jumlah rakaat shalat Tarawih 8 plus 3 witir, bagaimana prakteknya?


Awal-awal instruksi itu, pakai komposisi: 4, 4, 3. Empat rakaat satu salam, empat rakaat satu salam. Ini untuk Tarawih. Dan tiga rakaat untuk Witir. Model Witir tiga sekaligus ini versi madzhab Hanafi. Sementara wong NU pakai dua-dua semua dan ditutup satu Witir. Ini versi asy-Syafi’i.


Tapi pada tahun 1987, praktek shalat Tarawih empat-empat itu diubah menjadi dua-dua. Hal tersebut atas seruan KH. Shidiq Abbas Jombang ketika halaqah di Masjid al-Falah Surabaya. Beliau tampilkan hadits dari Shahih Muslim yang meriwayatkan begitu. Karena, kualitas hadits Muslim lebih shahih ketimbang hadits empat-empat, maka semua peserta tunduk. Akibatnya, tahun itu ada selebaran keputusan Majlis Tarjih yang diedarkan ke semua masjid dan mushalla di lingkungan Muhammadiyah, bahwa praktik shalat Tarawih pakai komposisi dua-dua, hingga sekarang, meski sebagian masih ada yang tetap bertahan pada empat-empat. Inilah fakta sejarah.


Kini soal itsbat hilal pakai rukyah. Tolong, lapangkan dada sejenak, jangan emosi dan jangan dibantah kecuali ada bukti kuat. Semua ahli falak, apalagi dari Muhammadiyah pasti mengerti dan masih ingat bahwa Muhammadiyah dulu dalam penetapan hilal selalu pakai rukyah bahkan dengan derajat cukup tinggi. Hal itu berlangsung hingga era orde baru pimpinan Pak Harto. Karena orang-orang Muhammdiyah menguasai Departemen Agama, maka tetap bertahan pada rukyah derajat tinggi, tiga derajat ke atas dan sama sekali menolak hilal dua derajat. Dan inilah yang selalu dipakai pemerintah. Sementara ahli falak Nadhliyyin juga sama menggunakan rukyah tapi menerima dua derajat sebagai sudah bisa dirukyah. Dalil mereka sama, pakai hadits rukyah dan ikmal.


Oleh karena itu, tahun 90-an, tiga kali berturut-turut orang NU lebaran duluan karena hilal dua derajat nyata-nyata sudah bisa dirukyah, sementara Pemerintah-Muhammadiyah tidak menerima karena standar yang dipakai adalah hilal tinggi dan harus ikmal atau istikmal. Ada lima titik atau lebih tim rukyah gabungan menyatakan hilal terukyah, tapi tidak diterima oleh Departemen Agama, meski pengadilan setempat sudah menyumpah dan melaporkan ke Jakarta. Itulah perbedaan standar derajat hilal antara Muhammadiyah dan NU. Masing-masing bertahan pada pendiriannya.


Setelah pak Harto lengser dan Gus Dur menjadi presiden, orang-orang Muhammadiyah berpikir cerdas dan tidak mau dipermalukan di hadapan publiknya sendiri. Artinya, jika masih pakai standar hilal tinggi, sementara mereka tidak lagi menguasai pemeritahan, pastilah akan lebaran belakangan terus. Dan itu berarti lagi-lagi kalah start dan kalah cerdas. Maka segera mengubah mindset dan pola pikir soal itsbat hilal. Mereka tampil radikal dan meninggalkan cara rukyah berderajat tinggi. Tapi tak menerima hilal derajat, karena sama dengan NU.


Lalu membuat metode “wujud al-hilal”. Artinya, pokoknya hilal menurut ilmu hisab atau astronomi sudah muncul di atas ufuk, seberapapun derajatnya, nol koma sekalipun, sudah dianggap hilal penuh atau tanggal satu. Maka tak butuh rukyah-rukyahan seperti dulu, apalagi tim rukyah yang diback up pemerintah. Hadits yang dulu dielu-elukan, ayat al-Quran berisikan seruan “taat kepada Allah, RasulNya dan Ulil Amri” dibuang dan alergi didengar. Lalu dicari-carikan dalil baru sesuai dengan selera.


Populerkah metode “wujud al-hilal” dalam tradisi keilmuwan falak? Sama sekali tidak, baik ulama dulu maupun sekarang.


Di sini, Muhammdiyah membuat beda lagi dengan NU. Kalau dulu, Muhammadiyah hilal harus derajat tinggi untuk bisa dirukyah, hal mana pasti melahirkan beda keputusan dengan NU, kini membuang derajat-derajatan secara total dan tak perlu rukyah-rukyahan. Menukik lebih tajam, yang penting hilal sudah muncul berapapun derajatnya. Sementara NU tetap pada standar rukyah, meski derajat dua atau kurang sedikit. Tentu saja beda lagi dengan NU. Maka, selamanya takkan bisa disatukan, karena sengaja harus tampil beda. Dan itu sah-sah saja.


Dilihat dari fakta sejarah, pembaca bisa menilai sendiri sesungguhnya siapa yang sengaja membuat beda, sengaja tidak mau dipersatukan, siapa biang persoalan di kalangan umat?


Menyikapi lebaran dua versi, warga Muhammadiyah pasti bisa tenang karena sudah biasa diombang-ambingkan dengan perubahan pemikiran pimpinannya. Persoalannya, apakah sikap, ulah atau komentar mereka bisa menenangkan orang lain?


Perkara dalil nash atau logika, ilmu falak klasik atau neutik, rubu’ atau teropong modern sama-sama punya. Justeru, bila dalil-dalil itu dicari-cari belakangan dan dipaksakan, sungguh mudah sekali dipatahkan.


Hebatnya, semua ilmuwan Muhammadiyah yang akademis dan katanya kritis-kritis itu bungkam dan tunduk semua kepada keputusan Majlis Tarjih. Tidak ada yang mengkritik, padahal kelemahan akademik pasti ada. (Diedit ulang dari tulisan Ustadz Sulaiman Timun Mas).


Sya’roni As-Samfuriy, Cikarang 25 Juni 2014


www.muslimedianews.com/2014/06/menguak-rahasia-muhammadiyah-selalu.html

http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2014/06/menguak-rahasia-muhammadiyah-selalu.html

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=600691726711952

Kamis, 12 Juni 2014

AMALAN SUNNAH YANG BISA DILAKUKAN DI MALAM NISHFU SYA'BA







Qoidahnya adalah semua amalan yang bisa dilakukan di luar bulan Sya’ban adalah sangat sunnah untuk dilakukan di malam Nishfu Sya’ban.


1. Memperbanyak sholat sunnah di antaranya :

a) Sholat Hajat 2 rakaat, niatnya adalah :


اُصَلِّي سُنَّةً لِقَضَاءِ الحْاَجَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku berniat sholat Hajat dua rakaat karena Alloh ta`ala."


b) Sholat Istikharah 2 rakaat, niatnya adalah:


اُصَلِّي سُنَّةَ اْلاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku berniat sholat Istikhoroh dua rakaat karena Alloh ta`ala."


c) Sholat Witir 3 rakaat dengan 2 salam. Sholat witir ini dianjurkan dikerjakan sebagai penutup sholat sunnah.


a. Salam yang pertama dengan dua rakaat niatnya:

أُصَلِّي سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku berniat sholat witir dua rakaat karena Alloh ta`ala."

b. Salam yang kedua dengan satu rakaat niatnya adalah:

أُصَلِّي سُنَّةَ اْلِوتْرِ رَكْعَةً لِلَّهِ تَعَالَى

Atau

أُصَلِّي رَكْعَةَ الْوِتْرِ لِلَّهِ تَعَالَى

"Aku berniat sholat witir satu rakaat karena Alloh ta`ala."


Bagi yang mempunyai kesempatan bisa melkukan sholat witir sampai 11 roka’at


d) Sholat Tasbih

Sholat tasbih adalah sholat yang diajarkan Rasululah SAW kepada paman beliau Sayyidina Abbas Ra, agar mendapatkan pengampunan dari Alloh SWT.


Sholat tasbih ini dilakukan empat roka’at dengan 300 kali (tiga ratus) tasbih dan bisa dilakukan dengan dua rakaat-dua rakaat (dua salam). Caranya :

Niatnya adalah :


أُصَلِّي سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى


Sholat ini dilakukan sebagaimana sholat biasa hanya ditambahkan bacaan tasbih,


سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهْ وَاللهُ أَكْبَرْ


a. 15 kali sebelum membaca al-fatihah

b. 10 kali setelah membaca surat sebelum ruku'

c. 10 kali di saat ruku`

d. 10 kali di saat i`tidal

e. 10 kali di saat sujud yang pertama

f. 10 kali di saat duduk di antara dua sujud

g. 10 kali di saat sujud yang kedua


Ada sebagian yang meletakkan tasbih a (yaitu 15 kali) di b (setelah membaca surat sebelum ruku’) dan tasbih c (10 kali) dipindah ke saat duduk setelah sujud yang ke-dua.


Maka genaplah 75 tasbih dalam satu raka'at, 150 tasbih dalam dua raka'at dan 300 tasbih dalam empat raka'at. Kalau tidak bisa dilakukan setiap hari maka hendaknya dilakukan setiap minggu, kalau tidak bisa dilakukan setiap minggu maka hendaknya dilakukan setiap bulan, kalau tidak bisa dilakukan setiap bulan, maka hendaknya dilakukan setiap tahun, kalau tidak bisa jangan sampai tidak melakukannya sepanjang umurnya. Yang penting jangan sampai tidak dilakukan sepanjang umurnya


Keterangan :


Untuk pembacaan tasbih yang 15 kali sebelum membaca fatihah, bisa ditiadakan dan dipindah setelah sujud kedua, sebelum berdiri atau sebelum tasyahud.


2. Memperbanyak membaca Istighfar

3. Memperbanyak membaca Sholawat

4. Memperbanyak membaca Al-Qur’an

5. Memperbanyak membaca Dzikir

6. Memperbanyak berdo’a dengan do’a sebebas-bebasnya

7. Bersedekah baik dalam bentuk uang, sandang dan pangan ataupun makanan yang siap dihidangkan.

8. Silaturahmi

Wallahu a'lam bisshowab


Lebih lengkapnya, silahkan buka website Buya Yahya di :www.buyayahya.org












Batal Suka


sumber buya yahya.

Rabu, 02 April 2014

(ZIONIS-DAJJALIS) SEJARAH PAHAM WAHHABI (ZIONIS-DAJJALIS)



SIKAP WAHHABI yang keras permusuhannya kepada kaum muslimin yang berbeda paham. Itulah sebabnya kenapa ajaran Wahhabi penuh kontradiksi di berbagai lini keilmuan, dan kontradiksi itu akan semakin jelas manakala dihadapkan dengan paham Ahlussunnah Waljama’ah. Walaupun begitu, ironisnya mereka tanpa risih mengaku-ngaku sebagai kaum ASWAJA. Atas klaim sebagai ASWAJA itu, lalu ada pertanyaan yang muncul, sejak kapan WAHHABI berubah jadi Ahlussunnah Waljama’ah?






Tokoh para pengikut Zionis Wahabis yg berkedok Muslim










FAKTA KELAHIRAN DAN SEJARAH PAHAM WAHHABI


Pencetus pertamakali sebutan nama WAHHABI adalah seorang bernama MR. Hempher, dialah mata-mata kolonial Inggris yang ikut secara aktif menyemai dan membidani kelahiran sekte WAHHABI.Tujuannya adalah untuk menghancurkan kekuatan ajaran Islam dari dalam, dengan cara menyebarkan isu-isu kafir-musyrik dan bid’ah.


Dengan fakta ini maka terbongkarlah misteri SIKAP WAHHABI yang keras permusuhannya kepada kaum muslimin yang berbeda paham. Itulah sebabnya kenapa ajaran Wahhabi penuh kontradiksi di berbagai lini keilmuan, dan kontradiksi itu akan semakin jelas manakala dihadapkan dengan paham Ahlussunnah Waljama’ah. Walaupun begitu, ironisnya mereka tanpa risih mengaku-ngaku sebagai kaum ASWAJA. Atas klaim sebagai ASWAJA itu, lalu ada pertanyaan yang muncul, sejak kapan WAHHABI berubah jadi Ahlussunnah Waljama’ah? Wajar jika pertanyaan itu muncul, sebab bagaimanapun mereka memakai baju Ahlussunnah Waljama’ah, ciri khas ke-wahabiannya tidak menjadi samar. Untuk lebih jelas dalam mengenali apa, siapa, kenapa, darimana WAHABISME, sebaiknya kita terlebih dulu mengetahui latar belakang sejarahnya:


LATAR BELAKANG BERDIRINYA KERAJAAN SAUDI ARABIA DAN PAHAM WAHABI


Dr. Abdullah Mohammad Sindi *], di dalam sebuah artikelnya yang berjudul : Britain and the Rise of Wahhabism and the House of Saud menyajikan tinjauan ulang tentang sejarahWahabisme, peran Pemerintah Inggeris di dalam perkembangannya, dan hubungannya dengan peran keluarga kerajaan Saudi. “Salah satu sekte Islam yang paling kaku dan paling reaksioner saat ini adalah Wahabi,” demikian tulis Dr. Abdullah Mohammad Sindi dalam pembukaan artikelnya tersebut. Dan kita tahu bahwa Wahabi adalah ajaran resmi Kerajaaan Saudi Arabia, tambahnya.


Wahabisme dan keluarga Kerajaan Saudi telah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sejak kelahiran keduanya. Wahabisme-lah yang telah menciptakan kerajaan Saudi, dan sebaliknya keluarga Saud membalas jasa itu dengan menyebarkan paham Wahabi ke seluruh penjuru dunia. One could not have existed without the other – Sesuatu tidak dapat terwujud tanpa bantuan sesuatu yang lainnya.


Wahhabisme memberi legitimasi bagi Istana Saud, dan Istana Saud memberi perlindungan dan mempromosikan Wahabisme ke seluruh penjuru dunia. Keduanya tak terpisahkan, karena keduanya saling mendukung satu dengan yang lain dan kelangsungan hidup keduanya bergantung padanya.


Tidak seperti negeri-negeri Muslim lainnya, Wahabisme memperlakukan perempuan sebagai warga kelas tiga, membatasi hak-hak mereka seperti : menyetir mobil, bahkan pada dekade lalu membatasi pendidikan mereka.


Juga tidak seperti di negeri-negeri Muslim lainnya, Wahabisme : - melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw - melarang kebebasan berpolitik dan secara konstan mewajibkan rakyat untuk patuh secara mutlak kepada pemimpin-pemimpin mereka. - melarang mendirikan bioskop sama sekali. - menerapkan hukum Islam hanya atas rakyat jelata, dan membebaskan hukum atas kaum bangsawan, kecuali karena alasan politis. - mengizinkan perbudakan sampai tahun ’60-an.


Mereka juga menyebarkan mata-mata atau agen rahasia yang selama 24 jammemonitor demi mencegah munculnya gerakan anti-kerajaan.


Wahabisme juga sangat tidak toleran terhadap paham Islam lainnya, seperti terhadap Syi’ah dan Sufisme (Tasawuf). Wahabisme juga menumbuhkan rasialisme Arab pada pengikut mereka. 1] Tentu saja rasialisme bertentangan dengan konsep Ummah Wahidah di dalam Islam.


Wahhabisme juga memproklamirkan bahwa hanya dia saja-lah ajaran yang paling benar dari semua ajaran-ajaran Islam yang ada, dan siapapun yang menentang Wahabisme dianggap telah melakukan BID’AH dan KAFIR!


LAHIRNYA AJARAN WAHABI:


Wahhabisme atau ajaran Wahabi muncul pada pertengahan abad 18 di Dir’iyyah sebuah dusun terpencil di Jazirah Arab, di daerah Najd.


Kata Wahabi sendiri diambil dari nama pendirinya, Muhammad Ibn Abdul-Wahhab(1703-92). Laki-laki ini lahir di Najd, di sebuah dusun kecil Uyayna. Ibn Abdul-Wahhab adalah seorang mubaligh yang fanatik, dan telah menikahi lebih dari 20 wanita (tidak lebih dari 4 pada waktu bersamaan) dan mempunyai 18 orang anak. 2]


Sebelum menjadi seorang mubaligh, Ibn Abdul-Wahhab secara ekstensif mengadakan perjalanan untuk keperluan bisnis, pelesiran, dan memperdalam agama ke Hijaz, Mesir, Siria, Irak, Iran, dan India.


Hempher mata-mata Inggris


Walaupun Ibn Abdul-Wahhab dianggap sebagai Bapak Wahabisme, namun aktualnya Kerajaan Inggris-lah yang membidani kelahirannya dengan gagasan-gagasan Wahabisme dan merekayasa Ibn Abdul-Wahhab sebagai Imam dan Pendiri Wahabisme, untuk tujuan menghancurkan Islam dari dalam dan meruntuhkan Daulah Utsmaniyyah yang berpusat di Turki. Seluk-beluk dan rincian tentang konspirasi Inggeris dengan Ibn Abdul-Wahhab ini dapat Anda temukan di dalam memoar Mr. Hempher : “Confessions of a British Spy” 3]


Selagi di Basra, Iraq, Ibn Abdul-Wahhab muda jatuh dalam pengaruh dan kendali seorang mata-mata Inggris yang dipanggil dengan nama Hempher yang sedang menyamar (undercover), salah seorang mata-mata yang dikirim London untuk negeri-negeri Muslim (di Timur Tengah) dengan tujuan menggoyang Kekhalifahan Utsmaniyyah dan menciptakan konflik di antara sesama kaum Muslim. Hempher pura-pura menjadi seorang Muslim, dan memakai nama Muhammad, dan dengan cara yang licik, ia melakukan pendekatan dan persahabatan dengan Ibn Abdul-Wahhab dalam waktu yang relatif lama.


Hempher, yang memberikan Ibn Abdul-Wahhab uang dan hadiah-hadiah lainnya, mencuci-otak Ibn Abdul-Wahhab dengan meyakinkannya bahwa : Orang-orang Islam mesti dibunuh, karena mereka telah melakukan penyimpangan yang berbahaya, mereka – kaum Muslim – telah keluar dari prinsip-prinsip Islam yang mendasar, mereka semua telah melakukan perbuatan-perbuatan bid’ah dan syirik.


Hempher juga membuat-buat sebuah mimpi liar (wild dream) dan mengatakan bahwa dia bermimpi Nabi Muhammad Saw mencium kening (di antara kedua mata) Ibn Abdul-Wahhab, dan mengatakan kepada Ibn Abdul-Wahhab, bahwa dia akan jadi orang besar, dan meminta kepadanya untuk menjadi orang yang dapat menyelamatkan Islam dari berbagai bid’ah dan takhayul.


Setelah mendengar mimpi liar Hempher, Ibn Abdul-Wahhab jadi ge-er (wild with joy) dan menjadi terobsesi, merasa bertanggung jawab untuk melahirkan suatu aliran baru di dalam Islam yang bertujuan memurnikan dan mereformasi Islam.


Di dalam memoarnya, Hempher menggambarkan Ibn Abdul-Wahhab sebagai orang yang berjiwa “sangat tidak stabil” (extremely unstable), “sangat kasar” (extremely rude), berakhlak bejat (morally depraved), selalu gelisah (nervous), congkak (arrogant), dan dungu (ignorant).


Mata-mata Inggeris ini, yang memandang Ibn Abdul-Wahhab sebagai seorang yang bertipikal bebal/dungu (typical fool), juga mengatur pernikahan mut’ah bagi Ibn Abdul Wahhab dengan 2 wanita Inggeris yang juga mata-mata yang sedang menyamar.


Wanita pertama adalah seorang wanita beragama Kristen dengan panggilan Safiyya. Wanita ini tinggal bersama Ibn Abdul Wahhab di Basra. Wanita satunya lagi adalah seorang wanita Yahudi yang punya nama panggilan Asiya. Mereka menikah di Shiraz, Iran. 4]


KERAJAAN SAUDI-WAHHABI PERTAMA : 1744-1818


Setelah kembali ke Najd dari perjalanannya, Ibn Abdul-Wahhab mulai “berdakwah” dengan gagasan-gagasan liarnya di Uyayna. Bagaimana pun, karena “dakwah”-nya yang keras dan kaku, dia diusir dari tempat kelahirannya.


Dia kemudian pergi berdakwah di dekat Dir’iyyah, di mana sahabat karibnya, Hempher dan beberapa mata-mata Inggeris lainnya yang berada dalam penyamaran ikut bergabung dengannya. 5]


Dia juga tanpa ampun membunuh seorang pezina penduduk setempat di hadapan orang banyak dengan cara yang sangat brutal, menghajar kepala pezina dengan batu besar 6]


Padahal, hukum Islam tidak mengajarkan hal seperti itu, beberapa hadis menunjukkan cukup dengan batu-batu kecil. Para ulama Islam (Ahlus Sunnah) tidak membenarkan tindakan Ibn Abdul-Wahhab yang sangat berlebihan seperti itu.


Walaupun banyak orang yang menentang ajaran Ibn Abdul-Wahhab yang keras dan kaku serta tindakan-tindakannya, termasuk ayah kandungnya sendiri dan saudaranya Sulaiman Ibn Abdul-Wahhab, – keduanya adalah orang-orang yang benar-benar memahami ajaran Islam -, dengan uang,mata-mata Inggeris telah berhasil membujuk Syeikh Dir’iyyah, Muhammad Saud untuk mendukung Ibn Abdul-Wahhab. 7]


Pada 1744, al-Saud menggabungkan kekuatan dengan Ibn Abdul-Wahhab dengan membangun sebuah aliansi politik, agama dan perkawinan. Dengan aliansi ini, antara keluarga Saud dan Ibn Abdul-Wahhab, yang hingga saat ini masih eksis, Wahhabisme sebagai sebuah “agama” dan gerakan politik telah lahir!


Dengan penggabungan ini setiap kepala keluarga al-Saud beranggapan bahwa mereka menduduki posisi Imam Wahhabi (pemimpin agama), sementara itu setiap kepala keluarga Wahhabi memperoleh wewenang untuk mengontrol ketat setiap penafsiran agama (religious interpretation).


Mereka adalah orang-orang bodoh, yang melakukan kekerasan, menumpahkan darah, dan teror untuk menyebarkan paham Wahabi (Wahhabism) di Jazirah Arab. Sebagai hasil aliansi Saudi-Wahhabi pada 1774, sebuah kekuatan angkatan perang kecil yang terdiri dari orang-orang Arab Badui terbentuk melalui bantuan para mata-mata Inggeris yang melengkapi mereka dengan uang dan persenjataan. 8]


Sampai pada waktunya, angkatan perang ini pun berkembang menjadi sebuah ancaman besar yang pada akhirnya melakukan teror di seluruh Jazirah Arab sampai ke Damaskus (Suriah), dan menjadi penyebab munculnya Fitnah Terburuk di dalam Sejarah Islam (Pembantaian atas Orang-orang Sipil dalam jumlah yang besar).


Dengan cara ini, angkatan perang ini dengan kejam telah mampu menaklukkan hampir seluruh Jazirah Arab untuk menciptakan Negara Saudi-Wahhabi yang pertama.


Sebagai contoh, untuk memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai syirik dan bid’ah yang dilakukan oleh kaum Muslim, Saudi-Wahhabi telah mengejutkan seluruh dunia Islam pada 1801, dengan tindakan brutal menghancurkan dan menodai kesucian makam Imam Husein bin Ali (cucu Nabi Muhammad Saw) di Karbala, Irak. Mereka juga tanpa ampun membantai lebih dari 4.000 orang di Karbala dan merampok lebih dari 4.000 unta yang mereka bawa sebagai harta rampasan. 9]


Sekali lagi, pada 1810, mereka, kaum Wahabi dengan kejam membunuh penduduk tak berdosa di sepanjang Jazirah Arab. Mereka menggasak dan menjarah banyak kafilah peziarah dan sebagian besar di kota-kota Hijaz, termasuk 2 kota suci Makkah dan Madinah.


Di Makkah, mereka membubarkan para peziarah, dan di Madinah, mereka menyerang dan menodai Masjid Nabawi, membongkar makam Nabi, dan menjual serta membagi-bagikan peninggalan bersejarah dan permata-permata yang mahal.


Para teroris Saudi-Wahhabi ini telah melakukan tindak kejahatan yang menimbulkan kemarahan kaum Muslim di seluruh dunia, termasuk Kekhalifahan Utsmaniyyah di Istanbul.


Sebagai penguasa yang bertanggung jawab atas keamanan Jazirah Arab dan penjaga masjid-masjid suci Islam, Khalifah Mahmud II memerintahkan sebuah angkatan perang Mesir dikirim ke Jazirah Arab untuk menghukum klan Saudi-Wahhabi.


Pada 1818, angkatan perang Mesir yang dipimpin Ibrahim Pasha (putra penguasa Mesir) menghancurkan Saudi-Wahhabi dan meratakan dengan tanah ibu kota Dir’iyyah .


Imam kaum Wahhabi saat itu, Abdullah al-Saud dan dua pengikutnya dikirim ke Istanbul dengan dirantai dan di hadapan orang banyak, mereka dihukum pancung. Sisa klan Saudi-Wahhabi ditangkap di Mesir.


KERAJAAN SAUDI-WAHHABI KE-II : 1843-1891


“Walaupun kebengisan fanatis Wahabisme berhasil dihancurkan pada 1818, namun dengan bantuan Kolonial Inggeris, mereka dapat bangkit kembali. Setelah pelaksanaan hukuman mati atas Imam Abdullah al-Saud di Turki, sisa-sisa klan Saudi-Wahhabi memandang saudara-saudara Arab dan Muslim mereka sebagai musuh yang sesungguhnya (their real enemies) dan sebaliknya mereka menjadikan Inggris dan Barat sebagai sahabat sejati mereka.” Demikian tulis Dr. Abdullah Mohammad Sindi *]


Maka ketika Inggris menjajah Bahrain pada 1820 dan mulai mencari jalan untuk memperluas area jajahannya, Dinasti Saudi-Wahhabi menjadikan kesempatan ini untuk memperoleh perlindungan dan bantuan Inggeris.


Pada 1843, Imam Wahhabi, Faisal Ibn Turki al-Saud berhasil melarikan diri dari penjara di Cairo dan kembali ke Najd. Imam Faisal kemudian mulai melakukan kontak dengan Pemerintah Inggeris. Pada 1848, dia memohon kepada Residen Politik Inggeris (British Political Resident) di Bushire agar mendukung perwakilannya di Trucial Oman. Pada 1851, Faisal kembali memohon bantuan dan dukungan Pemerintah Inggeris. 10]


Dan hasilnya, Pada 1865, Pemerintah Inggeris mengirim Kolonel Lewis Pelly ke Riyadh untuk mendirikan sebuah kantor perwakilan Pemerintahan Kolonial Inggeris dengan perjanjian (pakta) bersama Dinasti Saudi-Wahhabi.


Untuk mengesankan Kolonel Lewis Pelly bagaimana bentuk fanatisme dan kekerasan Wahhabi, Imam Faisal mengatakan bahwa perbedaan besar dalam strategi Wahhabi : antara perang politik dengan perang agama adalah bahwa nantinya tidak akan ada kompromi, kami membunuh semua orang . 11]


Pada 1866, Dinasti Saudi-Wahhabi menandatangani sebuah perjanjian “persahabatan” dengan Pemerintah Kolonial Inggeris, sebuah kekuatan yang dibenci oleh semua kaum Muslim, karena kekejaman kolonialnya di dunia Muslim.


Perjanjian ini serupa dengan banyak perjanjian tidak adil yang selalu dikenakan kolonial Inggeris atas boneka-boneka Arab mereka lainnya di Teluk Arab (sekarang dikenal dengan : Teluk Persia).


Sebagai pertukaran atas bantuan pemerintah kolonial Inggeris yang berupa uang dan senjata, pihak Dinasti Saudi-Wahhabi menyetujui untuk bekerja-sama/berkhianatdengan pemerintah kolonial Inggeris yaitu : pemberian otoritas atau wewenang kepada pemerintah kolonial Inggris atas area yang dimilikinya.


Perjanjian yang dilakukan Dinasti Saudi-Wahhabi dengan musuh paling getir bangsa Arab dan Islam (yaitu : Inggris), pihak Dinasti Saudi-Wahhabi telah membangkitkan kemarahan yang hebat dari bangsa Arab dan Muslim lainnya, baik negara-negara yang berada di dalam maupun yang diluar wilayah Jazirah Arab.


Dari semua penguasa Muslim, yang paling merasa disakiti atas pengkhianatan Dinasti Saudi-Wahhabi ini adalah seorang patriotik bernama al-Rasyid dari klan al-Hail di Arabia tengah dan pada 1891, dan dengan dukungan orang-orang Turki, al-Rasyid menyerang Riyadh lalu menghancurkan klan Saudi-Wahhabi.


Bagaimanapun, beberapa anggota Dinasti Saudi-Wahhabi sudah mengatur untuk melarikan diri; di antara mereka adalah Imam Abdul-Rahman al-Saud dan putranya yang masih remaja, Abdul-Aziz. Dengan cepat keduanya melarikan diri ke Kuwait yang dikontrol Kolonial Inggeris, untuk mencari perlindungan dan bantuan Inggeris.


KERAJAAN SAUDI-WAHHABI KE III (SAUDI ARABIA) : Sejak 1902


Ketika di Kuwait, Sang Wahhabi, Imam Abdul-Rahman dan putranya, Abdul-Aziz menghabiskan waktu mereka “menyembah-nyembah” tuan Inggris mereka dan memohon-mohon akan uang, persenjataan serta bantuan untuk keperluan merebut kembali Riyadh. Namun pada akhir penghujung 1800-an, usia dan penyakit nya telah memaksa Abdul-Rahman untuk mendelegasikan Dinasti Saudi Wahhabi kepada putranya, Abdul-Aziz, yang kemudian menjadi Imam Wahhabi yang baru.


Melalui strategi licin kolonial Inggeris di Jazirah Arab pada awal abad 20, yang dengan cepat menghancurkan Kekhalifahan Islam Utsmaniyyah dan sekutunya klan al-Rasyid secara menyeluruh, kolonial Inggeris langsung memberi sokongan kepada Imam baru Wahhabi Abdul-Aziz.


Dibentengi dengan dukungan kolonial Inggeris, uang dan senjata, Imam Wahhabi yang baru, pada 1902 akhirnya dapat merebut Riyadh. Salah satu tindakan biadab pertama Imam baru Wahhabi ini setelah berhasil menduduki Riyadh adalah menteror penduduknya dengan memaku kepala al-Rasyid pada pintu gerbang kota. Abdul-Aziz dan para pengikut fanatik Wahhabinya juga membakar hidup-hidup 1.200 orang sampai mati. 12]


Imam Wahhabi Abdul-Aziz yang dikenal di Barat sebagai Ibn Saud, sangat dicintai oleh majikan Inggrisnya. Banyak pejabat dan utusan Pemerintah Kolonial Inggeris di wilayah Teluk Arab sering menemui atau menghubunginya, dan dengan murah-hati mereka mendukungnya dengan uang, senjata dan para penasihat. Sir Percy Cox, Captain Prideaux, Captain Shakespeare, Gertrude Bell, dan Harry Saint John Philby (yang dipanggil “Abdullah”) adalah di antara banyak pejabat dan penasihat kolonial Inggris yang secara rutin mengelilingi Abdul-Aziz demi membantunya memberikan apa pun yang dibutuhkannya.


Dengan senjata, uang dan para penasihat dari Inggris, berangsur-angsur Imam Abdul-Aziz dengan bengis dapat menaklukkan hampir seluruh Jazirah Arab di bawah panji-panji Wahhabisme untuk mendirikan Kerajaan Saudi-Wahhabi ke-3, yang saat ini disebut Kerajaan Saudi Arabia.


Ketika mendirikan Kerajaan Saudi, Imam Wahhabi, Abdul-Aziz beserta para pengikut fanatiknya, dan para “tentara Tuhan”, melakukan pembantaian yang mengerikan, khususnya di daratan suci Hijaz. Mereka mengusir penguasa Hijaz, Syarif, yang merupakan keturunan Nabi Muhammad Saw.


Pada May 1919, di Turbah, pada tengah malam dengan cara pengecut dan buas mereka menyerang angkatan perang Hijaz, membantai lebih 6.000 orang.


Dan sekali lagi, pada bulan Agustus 1924, sama seperti yang dilakukan orang barbar, tentara Saudi-Wahabi mendobrak memasuki rumah-rumah di Hijaz, kota Taif, mengancam mereka, mencuri uang dan persenjataan mereka, lalu memenggal kepala anak-anak kecil dan orang-orang yang sudah tua, dan mereka pun merasa terhibur dengan raung tangis dan takut kaum wanita. Banyak wanita Taif yang segara meloncat ke dasar sumur air demi menghindari pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan tentara-tentara Saudi-Wahhabi yang bengis.


Tentara primitif Saudi-Wahhabi ini juga membunuhi para ulama dan orang-orang yang sedang melakukan shalat di masjid; hampir seluruh rumah-rumah di Taif diratakan dengan tanah; tanpa pandang bulu mereka membantai hampir semua laki-laki yang mereka temui di jalan-jalan; dan merampok apa pun yang dapat mereka bawa. Lebih dari 400 orang tak berdosa ikut dibantai dengan cara mengerikan di Taif. 11]


http://sk-sk.facebook.com/topic.php?uid=80383792636&topic=11768 http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/22/latar-belakang-berdirinya-kerajaan-saudi-arabia-dan-paham-wahabi-bag-i/


________________________________________


* Dr. Abdullah Mohammad Sindi adalah seorang profesor Hubungan Internasional (professor of International Relations) berkebangsaan campuran Saudi-Amerika. Dia memperoleh titel BA dan MA nya di California State University, Sacramento, dan titel Ph.D. nya di the University of Southern California. Dia juga seorang profesor di King Abdulaziz University di Jeddah, Saudi Arabia. Dia juga mengajar di beberapa universitas dan college Amerika termasuk di : the University of California di Irvine, Cal Poly Pomona, Cerritos College, and Fullerton College. Dia penulis banyak artikel dalam bahasa Arab maupun bahasa Inggeris. Bukunya antara lain : The Arabs and the West: The Contributions and the Inflictions.


Catatan Kaki:


[1] Banyak orang-orang yang belajar Wahabisme (seperti di Jakarta di LIPIA) yang menjadi para pemuja syekh-syekh Arab, menganggap bangsa Arab lebih unggul dari bangsa lain. Mereka (walaupun bukan Arab) mengikuti tradisi ke-Araban atau lebih tepatnya Kebaduian (bukan ajaran Islam), seperti memakai jubah panjang, menggunakan kafyeh, bertindak dan berbicara dengan gaya orang-orang Saudi.


[2] Alexei Vassiliev, Ta’reekh Al-Arabiya Al-Saudiya [History of Saudi Arabia], yang diterjemahkan dari bahasa Russia ke bahasa Arab oleh Khairi al-Dhamin dan Jalal al-Maashta (Moscow: Dar Attagaddom, 1986), hlm. 108.


[3] Untuk lebih detailnya Anda bisa mendownload “Confessions of a British Spy” :http://www.ummah.net/Al_adaab/spy1-7.htmlCara ini juga dilakukan Imperialis Belanda ketika mereka menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia lewat Snouck Hurgronje yang telah belajar lama di Saudi Arabia dan mengirimnya ke Indonesia. Usaha Snouck berhasil gemilang, seluruh kerajaan Islam jatuh di tangan Kolonial Belanda, kecuali Kerajaan Islam Aceh. Salah satu provokasi Snouck yang menyamar sebagai seorang ulama Saudi adalah menyebarkan keyakinan bahwa hadis Cinta pada Tanah Air adalah lemah!(Hubbul Wathan minal Iman). Dengan penanaman keyakinan ini diharapkan Nasionalisme bangsa Indonesia hancur, dan memang akhirnya banyak pengkhianat bangsa bermunculan.


[4] Memoirs Of Hempher, The British Spy To The Middle East, page 13.


[5] Lihat “The Beginning and Spreading of Wahhabism”,http://www.ummah.net/Al_adaab/wah-36.html


[6] William Powell, Saudi Arabia and Its Royal Family (Secaucus, N.J.: Lyle Stuart Inc., 1982), p. 205.


[7] Confessions of a British Spy.


[8] Ibid.


[9] Vassiliev, Ta’reekh, p. 117.


[10] Gary Troeller, The Birth of Saudi Arabia: Britain and the Rise of the House of Sa’ud(London: Frank Cass, 1976), pp. 15-16.


[11] Quoted in Robert Lacey, The Kingdom: Arabia and the House of Saud (New York: Harcourt Brace Jovanovich, 1981), p. 145.


Selasa, 25 Maret 2014

WAJIB DI BACA...!biar tahu sejarah berdirinya WAHABI sesat..!



Aliran Wahabi Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam.


Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya.


Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.


Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya.


Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama’ besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasehat:

“Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.


Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)


Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama’ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.


Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab, “Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan” Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja

yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa.


Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu. Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar’iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya.


Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.


Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama2 besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut

dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.

Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata :

“Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya.

Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.

Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut.


Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali.


Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global.

Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi’i yang sudah mapan.

Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur.

Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta.

Selasa, 18 Februari 2014

Betapa istimewanya umat Nabi Muhammad SAW.



Kita adalah umat yang paling beruntung di antara umat nabi-nabi lain. Di antara tanda-tanda keberuntungan itu adalah dengan memiliki Rasulullah Muhammad Saw. Ya, Rasulullah adalah mahluk paling istimewa yang pernah diciptakan Allah. Rasulullah diciptakan pertama kali sebelum Allah menciptakan mahluk apa pun di dunia ini. Bahkan, jika Rasulullah tak diciptakan, ada kemungkinan kita juga tak diciptakan oleh-Nya.




Dikisahkan bahwa setelah melakukan kesalahan berupa memakan buah khuldi bersama hawa, Nabi Adam As meratap pada Allah, mengakui seluruh dosa-dosanya, dan memohon ampunan pada Allah Swt.




"Tuhanku, aku memohon kepada-Mu atas nama Muhammad Saw, tidakah Engkau berkenan mengampuniku? " Nabi Adam As meratapi kesalahannya dan memohon ampunan dengan mengatasnamakan Nabi Muhammad Saw, sang Nabi akhir zaman.

Allah Swt berfirman, "Hai Adam, dari mana kau tahu nama Muhammad, padahal Aku belum menciptakannya. Aku juga belum pernah menyebutkan nama itu di depanmu?"




Serta merta Nabi Adam berujar, "Tuhanku, memang benar aku belum pernah mendengar namanya, apalagi bertemunya. Aku juga bukan orang yang tahu tentang banyak hal karana hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui. Namun, setelah Engkau menciptakanku dengan tangan-Mu dan Kau tiupkan ruh-Mu kepadaku, aku angkat kepalaku, dan aku melihat sebuah perasasti di atas tiang-tiang penyangga 'Arsy, dimana di sana terdapat sebuah tulisan besar La ilaha Ilallah Muhammadurrasulullah, tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad Rasulullah."




Lalu aku tahu, tentu nama yang Engkau sandingkan di sisi-Mu itu adalah nama makhluk yang Engkau cintai. Maka, aku meyakini dengan sepenuh hati bahwa Muhammad Saw adalah kekasih-Mu sehingga aku yakin, dengan memohon atas namanya, Engkau akan mengampuniku," ratap Nabi Adam As.




"Engkau benar, Adam. Muhammad adalah makhluk terkasih-Ku. Karena kau memohon ampunan atas namanya maka Aku mengampunimu," firman Allah kemudian.

"Dan ketahuilah, jika tidak karena Muhammad kekasih-Ku itu, Aku tidak akan menciptakanmu."




Di sebutkan bahwa Nabi Adam AS telah berkata, "sesungguhnya Allah SWT telah memberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW 4 kemuliaan yang tidak di berikan kepada umat yang lain :




1. Tobatku hanya di terima di kota mekah sedangkan tobat umat Nabi Muhammad Saw di terima di semua tempat oleh Allah.

2. Pada mulanya aku berpakaian tetapi apa bila aku berbuat durhaka maka Allah telah menjadikan aku telanjang sedangkan umat Nabi Muhammad Saw membuat durhaka dengan telanjang tetapi Allah memberikan mereka pakaian.

3. Ketika aku telah berdurhaka kepada Allah, maka Allah telah memisahkan aku dengan istriku tetapi umat Nabi Muhammad Saw durhaka tidak di pisahkan dari istri mereka.

4. Memang benar aku durhaka kepada Allah dalam surga dan aku di keluarkan dari surga tetapi umat Nabi Muhammad durhaka kepada Allah akan di masukkan ke dalam surga apabila mereka bertobat kepada Allah.




ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAIYIDINNA MUHAMMAD




Semoga kita termasuk umat yang dirindukan Rasulullah SAW yang selalu tetap istiqamah mengikuti dan mengamalkan Sunnah - Sunnah Beliau. Aamiin.

Jumat, 07 Februari 2014

KESALAHAN KAUM WAHHABI DALAM MEMAHAMI BID’AH











Penting Buat Kaum Wahabi: Segera Menyadari Kesalahan Dalam Memahami Bid’ah






Bismillaahirrohmaanirrohiim…, Alhamdu lillahi rabbil alamiin…, Allohumma sholli ala sayyidina Muhammad wa alihi wa ashabihi ajma’iin….alhamdulillah dengan rahmat Allah dan hidayah-NYA,berikut akan kami tunjukkan kesalahan “kaum wahhabi” dalam memahami permasalahan bid’ah. Walaupun mereka selalu mengklaim sebagai kebenaran satu-satunya dan merasa telah mengikuti pemahaman para Sahabat Nabi, akan tetapi kenyataannya mereka hanya “OMDO” atau omong doang, berikut ini adalah buktinya:






1. Mereka tidak memperdulikan perkataan yang sangat masyhur dari Sahabat Umar: “Ni’matul bid’atu hadzihi” (alangkah bagus bid’ah ini). Di sini sangat jelas Sayyidian Umar memuji bid’ah (Sholat Tarawih Berjamaah sebulan penuh) sebagai kebaikan, ini sekaligus mencerminkan sejelas-jelasnya tentang adanya bid’ah yang baik (hasanah). Jika kaum Wahabi mengingkarinya sebagaimana yang mereka telah pertontonkan selama ini, apakah masih pantas mereka menyebut dirinya sebagai PENGIKUT PEMAHAMAN SAHABAT NABI?






2. Mereka tidak berani jujur dalam mengartikan kata “kullu” dalam hadits “KULLU BID’ATIN DHOLALAH….”. Sebaliknya mereka memaksakan arti “kullu” hanya satu macam arti yaitu “setiap/semua”. Padahal arti “kullu” itu ada dua sesuai kontek kalimat, yaitu : “setiap/semua” dan “sebagian”. Jadi menurut arti yang benar berkaitan hadits tersebut adalah “SEBAGIAN BID’AH ITU SESAT….. DAN SETIAP KESESATAN TEMPATNYA DI NERAKA”. Maka jelaslah maksudnya bahwa yang masuk neraka adalah setiap kesesatan dan bukan setiap bid’ah sebagaimana anggapan kaum Wahabi. Sebab menurut Sayyidina Umar ternyata ada bid’ah yang baik, dan bid’ah yang baik tentunya akan mendapat pahala berupa kenikmatan surga.






Bagi para penuntut ilmu yang mempelajari ilmu mathiq di pesantren Salafiyyah,bahwa menurut istilah ilmu manthiq arti kata KULLU sudah sangat dimaklumi pengertiannya, yaitu:






1- Ada kata “kullu” yang berarti “setiap/tiap-tiap/semua″ ini disebut “kullu kulliyah”






2- Ada kata “kullu” yang berarti “sebagian” yang disebut “kullu kully”






Sebagai contoh “kullu kulliyah”, adalah firman Allah dalam salah satu ayat Al Qur’an: “Kullu nafsin dzaa’iqotul maut” yang artinya “setiap yang berjiwa akan merasakan mati”. Kata KULLU dalam ayat tersebut sangat tepat diartikan “SETIAP” dan akan menjadi salah jika diartikan “SEBAGIAN” karena faktannya memang semua/setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Demikianlah, kita tidak bisa mengartikan secara serampangan sehingga memaksakan arti yang nantinya akan menimbulkan kontra dengan fakta.






Adapun sebagai contoh “kullu kully”, adalah firman Allah: “wa ja’alnaa minal maa’i kulla syai’in hayyin” yang artinya “Dan telah kami jadikan dari air SEBAGIAN makhluk hidup”. Dalam ayat ini kalau kata “kulla syai’in” diartikan “setiap/semua” maka akan kontra (bertentangan) dengan kenyataan bahwa ada makhluk hidup yang dijadikan Allah tidak dari air. Ada makhluk yang dijadikan dari cahaya seperti malaikat, dan ada yang dijadikan dari api; contohnya jin juga syetan dijadikan dari api. Sebagaimana firman Allah: “wa kholaqol jaanna min maarijin min naar” yang artinya “Dan Allah telah menjadikan jin itu dari api”






Dari uraian di atas maka sudah jelaslah bahwa arti “kullu” itu ada dua yaitu “setiap/semua″ dan “sebagian”. Dalam mengartikan “KULLU” tidak bisa serampangan begitu saja, tetapi harus melihat kontek kalimatnya agar nantinya tidak menjadi kontra dengan realitas, fakta atau kenyataan yang ada.






Oleh karena itu menjadi sangat mengherankan apa yang selama ini diperlihatkan oleh kaum wahhabi yang bangga dengan kesalahan dalam mengartikan “kullu” tanpa melihat kontek kalimat, sehingga mereka memaksakan arti “setiap/semua” untuk kata KULLU dalam hadits BID’AH tersebut. Sehingga mereka ngotot menggunakan dalil “kullu bid’atin dlolalah” sebagai alat untuk membid’ahkan (baca: mengharamkan) apa saja yang tidak ada contohnya dari Nabi. Ini karena mereka menganggap semua/setiap bid’ah itu sesat tanpa kecuali. Tentunya ini kontra dengan kenyataan dan realitas bahwa ternyata ada bid’ah (hal baru) yang baik (hasanah). Sampai-sampai sayyidina memuji bid’ah “NI’MATUL BID’ATU HADZIHI; alangkah bagus bid’ah ini”.






Beberapa Kesalahan Kaum Wahhabi yang Lainnya






Benar-benar sudah masyhur tersebar di kalangan kaum wahhabi bahwa “bid’ah” itu hanyalah ada pada urusan “ibadah”. Pada selain urusan ibadah mereka anggap tidak ada bid’ahnya. Mereka selalu mengatakan bahwa: Ibadah itu tak boleh diubah, ditambah, dikurangi atau diciptakan sendiri, kesemuanya harus berbentuk asli dari Nabi. Gara-gara anggapan seperti itu mereka lupa bahwa berdo’a itu adalah termasuk ibadah, dan di dalam berdo’a tentunya kita bisa ngarang sendiri, menciptakan sendiri dengan bahasa sendiri. Baru satu contoh ini saja kaidah mereka menjadi runtuh sebab kontra dengan kenyataan bahwa ibadah berdo’a itu kita bisa menciptakannya sendiri.






Adapun urusan “selain ibadah”, kata kaum wahhabi bolehlah berubah menurut keadaan zaman. Untuk mendukung anggapan ini mereka mengaplikasikan hadits Nabi saw: “Jika ada soal-soal agamamu, serahkanlah ia kepadaku. Jika ada soal-soal keduniaanmu, maka kamu lebih mengetahui akan soal-soal duniamu itu”.






Dipandang secara dangkal dan sepintas lalu anggapan Wahhabi ini seperti benar. Tetapi anggapan ini sesungguhnya adalah salah, hal ini karena:






1- ”Bid’ah” itu selain dalam urusan “ibadah” kenyataannya juga terdapat di dalam urusan mu’amalah(pergaulan masyarakat) seperti: pementasan lakon-lakon Nabi dalam drama, baik yang bersifat hiburan atau komersil. Juga terdapat banyak contoh dalam kasus-kasus yang bersifat mu’amalah.






2- Sebenarnya yang menjadi sasaran hadits Nabi di atas adalah bukan mengenai “Bid’ah” melainkan mengenai “hukum agama/syari’at” dan “hal-hal dunyawiyyah yang bersifat teknis”. Dalam hal teknis dunyawiyah, kita dianggap lebih tahu oleh Nabi Saw.






Sebagai contoh:






- Hukum membangun masjid adalah urusan agama, harus dikembalikan kepada Nabi, artinya harus bersumber dari Qur’an dan sunnah. Sedang teknik pembangunannya adalah “urusan dunia” dan ini diserahkan kepada ummat, terserah menurut perkembangan peradaban manusia.






- Hukum pertanian agar hasil-hasilnya menjadi halal atau haram adalah urusan agama. Ini harus bersumber dari Qur’an atau Sunnah. Teknik cocok tanamnya adalah urusan dunia, terserah kepada kita boleh mengikuti perkembangan teknologi saat ini. Demikianlah kita dipandang lebih tahu urusan teknisnya oleh Nabi dalam hadits tersebut.






Di dalam pemahaman seperti inilah Nabi menyabdakan Hadits di atas. Samasekali bukan seperti dalam pemahaman “kaum wahhabi” di atas, sehingga mereka dengan ngawur mengatakan bid’ah itu hanya ada dalam urusan agama, tentunya hal ini tidak nyambung dengan yang dimaksud Nabi dalam sabdanya tersebut.






Kesalahan kaum wahhabi selain yang sudah dicontohkan di atas, adalah mereka menganggap bahwa “ibadah” itu hanya satu macam yang mana semua bentuknya harus asli dari Nabi saw. Padahal faktanya tidak demikian menurut ilmu yang benar. Bahwa yang benar “ibadah” itu ada dua macam, yaitu:






1. Ibadah Muqoyyadah (Ibadah yang terikat) atau biasa disebut juga sebagai ibadah mahdhoh,contohnya seperti:






- Sholat wajib 5 waktu






- Zakat wajib






- Puasa Ramadhan






- Haji, dsb…..






Ibadah-ibadah ini mempunyai keasalannya (keasliannya) dari Nabi saw dalam segala-galanya, hukumnya, teknik pelaksanaannya, waktu dan bentuknya. Kesemuanya diikat (muqoyyad) menurut aturan-aturan tertentu. Tidak boleh dirubah.






2. Ibadah Muthlaqoh (Ibadah yang tidak terikat secara menyeluruh), atau biasa juga disebut ibadah Ghoiru Mahdhoh, seperti contoh:






- Dzikir (lisan atau hati) kepada Allah SWT






- Tafakkur tentang makhluk Allah






- Belajar atau Mengajar ilmu agama






- Berbakti kepada ayah dan ibu (birrul walidain)






- dan masih banyak sekali contohnya….






Ibadah-ibadah ini mempunyai keasalan dari Nabi saw. dalam beberapa hal, sedang mengenai bentuk dan teknik pelaksanaannya tidak diikat dengan aturan-aturan tertentu, terserah kepada ummat, asal tidak melanggar garis-garis pokok “Syari’at Islam”. Pada ibadah muthlaqoh (ghoiru mahdhoh) inilah terbuka peluang akan terjadi “bid’ah hasanah”. Demikianlah paham Ahlussunnah wal jama’ah yang jelas bertentangan dengan pemahaman “kaum wahhabi”.
Sebelum mengahiri penjelasan mengenai bid’ah ini, sebagai tambahan akan kami berikan contoh-contoh bid’ah hasanah:

- Mengumpulkan ayat-ayat Al Qur’an yang sebelumnya terpisah-pisah menjadi kitab (mushaf) yang tertib diawali dengan Fatihah dan diakhiri dengan an-Naas. Kita tahu dalam sejarahnya sempat terjadi ketegangan di antara sahabat-sahabat Nabi karena pengumpulan Al Qur’an ini dianggap bid’ah oleh mereka. Tetapi akhirnya dikumpulkan juga menjadi satu kitab sehingga kita di zaman ini bisa menikmati baca Al Qur’an. Ini berkat tindakan nekad para sahabat dalam melaksanakan bid’ah hasanah.

- Memberi titik-titik dan syakal pada tulisan Al Qur’an. Sebagaimana dimaklumi Al Qur’an pada masa Nabi saw tidak ada titik dan syakalnya.  Dengan diberinya titik dan syakal maka sekarang kita bisa membacanya dengan mudah. Coba bayangkan seandainya tidak diberi syakal dan titik, pastilah akan repot dan bahkan sulit membaca Al Qur’an. Berkat pelaksanaan bid’ah hasnah maka sekarang membaca Al Qur’an bisa menjadi lebih mudah.

- Membuat istilah-istilah hadits shohih, hadits hasan, hadits dloif dsb. Pada masa Nabi ini juga tidak ada, tetapi berkat pelaksanaan bid’ah hasanah maka kita bisa mengenali macam-macam hadits. Tentunya para ulama dalam membuat istilah-istilah tsb diniatkan ibadah, bahkan Imam Bukhori selalu sholat dua rokaat setiap akan menulis hadits. Ini tidak ada contohnya dari Nabi saw.

- Mengajar/belajar agama di Madrasah-madrasah secara klasikal (ber-kelas-kelas) dan bertingkat-tingkat dari dasar, menengah sampai universitas. Ibadah menuntut ilmu semacam ini tidak ada di zaman Nabi dan Sahabat.

- Peringatan Maulid Nabi saw dalam segala bentuk yang tidak bertentangan dengan garis-garis syari’ah Islam, ini juga bid’ah hasanah.

Demikianlah penjelasan dari saya sejak awal tulisan hingga akhir semoga bermanfaat dan ku akhiri dengan do’a semoga kita semua dijauhkan Allah dari kesesatan paham kaum wahhabi ini sampai akhir hayat nanti….  Sedangkan bagi kaum Wahabi betapa pentingnya bagi kalian segera menyadari kesalahan-kesalahan anda dalam memahami bid’ah. Karena akibat kesalahan dalam memahami bid’ah bisa menyebabkan tersebarnya fitnah terhadap ajaran Islam dan para Ulama juga kaum muslimin.

Semoga Allah menurunkan hidayah-NYA kepada kita semua…. Aamiin Allaahumma Aamiin.


Wa Shallallahu ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa ashabihi ajma’iin, Walhamdulillaahirobbil’aalamiin….