Senin, 14 Januari 2013

Ajining Diri Soko Lathi, Ajining Rogo Soko Busono


Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Sobat Adiluhur, dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai makhluk sosial baik dalam bermasyarakat, berteman maupun berbagai segi kehidupan lain tentunya kita menginginkan untuk menjadi orang yang baik, entah itu dari penampilan, perkataan maupun kepribadian kita. Dengan kita menjadi orang baik tentunya dengan mudah kita dapat diterima dalam pergaulan di lingkungan sosial dimana kita berada.
Untuk dapat berbuat baik kuncinya ada pada diri kita. Memang kebaikan itu sifatnya relatif, tapi setidaknya perbuatan baik itu dapat dirasakan oleh orang lain. Seseorang akan menilai orang lain itu baik biasanya dari apa yang ia tampilkan. Bagaimana tutur kata, tindak tanduk, tingkah laku, serta akhlak seseorang dalam kehidupan sehari-hari merupakan cerminan dari diri seseorang tersebut. Dengan berperilaku dan penampilan baik tentunya kita akan diterima dan dihargai dalam masyarakat. Bukankah sebagai makhluk sosial kita ingin dihargai oleh orang lain? Dalamfalsafah hidup orang jawa agar seseorang bisa dihargai ada pepatah Jawa yang mengatakan "Ajining Diri Soko Lathi, Ajining Rogo Soko Busono.
Dalam terjemahan bebas versi admin, Ajining Diri Soko Lathi maksudnya adalah bahwa seseorang akan dihargai dari lidahnya. Bagaimana ia menggunakan lidahnya dalam berucap akan menentukan seperti apa orang tersebut. Tutur kata biasanya menjadi tolok ukur pertama untuk menilai bagaimana kepribadian orang tersebut. Untuk itu, gunakan lidah kita untuk berkata yang baik, jangan sampai perkataan kita menyinggung dan menyakitkan orang yang mendengarnya. Umar bin Khatab mengatakan bahwa lidah itu lebih tajam dari pada pedang. Selain itu, apa yang kita ucapkan merupakan doa bagi diri kita sendiri. Doakan yang baik-baik untuk diri kita dengan berkata yang baik.
Kemudian ajining rogo soko busono dapat diartikan bahwa seseorang akan dihargai dari pakaian yang ia kenakan. Pakaian disini bisa kita artikan secara harfiah berupa pakaian dalam sifat benda yang kita pakai, namun yang lebih signifikan adalah pakaian dalam arti apa yang kita tampilkan. Orang akan lebih menghargai kita ketika mengenakan pakaian rapi dan sopan dari pada berpakaian urakan, tidak sapi dan acakadul.
Busono juga dapat diartikan dengan apa yang kita punya. Entah itu materi, kedudukan/jabatan, pendidikan dan sebagainya. Semua itu juga menjadi tolok ukur seseorang dihargai oleh orang lain. Tapi busono yang lebih penting dan utama adalah perilaku kita. Bagaimana akhlak kita, sopan santun kita dan perbuatan kita. Berapapun harta yang kita miliki, petinggi apapun jabatan dan pendidikan yang kita punya kalau kelakuan dan akhlak kita tidak baik, misalnya sering menghina orang, jiwa sosialnya kurang, pelit, tidak mau membantu orang lain maka jangan harap bisa dihargai oleh orang lain.
Sebaliknya, walaupun kehidupan kita pas-pasan tapi kelakuan kita baik, bisa menghargai orang lain, suka membantu orang lain yang sedang membutuhkan, mudah bergaul dengan siapa saja tanpa pandang status sosialnya maka dengan mudah orang juga dapat menghargai kita.
Kesimpulannya, kebaikan dan harga diri kita semuanya terletak pada diri kita sendiri. Untuk itu tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono. Semuanya berawal dari diri kita masing-masing. Maaf, bukan maksud menggurui karena saya sendiri juga belum mampu menjadi orang yang baik, "watawaa shaubilhaq watawaa shaubishshabri" (dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran). Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar